Rabu, 11 November 2009

Batu Usia Ribuan Tahun Ini Mirip Gong, Bentuk dan Bunyinya

PAGARALAM, KOMPAS.com — Batu megalit berbetuk gong ditemukan di areal perkebunan Dusun Atungbungsu, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat (6/11).

Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kota Pagaralam Syafrudin mengatakan akan melakukan pembebasan lahan di sekitar lokasi penemuan batu megalit tersebut, setelah itu baru dilakukan pemagaran.

Menurut dia, banyak batu megalit yang ditemukan di Pagaralam, bahkan sebagian sudah dilakukan pelestarian dengan memagar keliling.

Pemkot Pagaralam belum memiliki lembaga khusus untuk melakukan pendataan atau menyelusuri berbagai benda bersejarah, seperti megalit dan arca.

"Namun, di lokasi ditemukannya gong batu ini akan dibangun daerah wisata kebun buah terbesar di Kota Pagaralam dengan lahan sekitar 100 hektar. Nantinya kami akan melibatkan penduduk setempat untuk mencari dan membantu memelihara, jika ditemukan lagi benda bersejarah di daerah lain," katanya.

Warga Kecamatan Dempo Selatan Amrullah mengatakan, batu megalit berbentuk gong berukuran lima kali drum minyak isi 100 liter itu ditemukan lima kilometer dari Dusun Atungbungsu, satu kilometer dari lokasi pembangunan lapangan terbang.

Megalit yang bila dipukul akan mengeluarkan suara seperti gong itu berbentuk bundar lonjong dengan tinggi satu meter, lebar dua meter dan panjang lima meter ditemukan di kebun kopi milik warga setempat.

"Diperkirakan batu megalit itu sudah berumur ribuan tahun, dengan kondisinya masih utuh, namun posisinya sudah bergeser ada indikasi akan dipindahkan ke tempat lain," katanya.

Daerah tempat penemuan batu megalit itu dulu merupakan belukar, tetapi oleh pemiliknya dibersihkan lalu dibuat kebun kopi.

Karena kurang memahami, batu tersebut mengandung nilai sejarah tinggi, batu itu dibiarkan telantar. Setelah pihak Pemkot Pagaralam datang, baru diketahui batu itu ternyata megalit.

"Memang di Pagaralam terdapat cukup banyak megalit peninggalan zaman dulu, namun pemeliharaannya masih belum dilakukan secara baik," kata dia lagi.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/06/1835316/batu.usia.ribuan.tahun.ini.mirip.gong.bentuk.dan.bunyinya

Kudus Lacak Tengkorak Homo Erectus

Rekonstruksi Homo erectus dipajang di Museum Geologi, Bandung, Jawa Barat, Minggu (27/9). Rekonstruksi wajah tersebut berdasarkan spesimen tengkorak P VIII oleh Yoichi Yazawa, dengan supervisi Dr Fachroel Aziz dari Museum Geologi dan Hisao Baba dari Jepang, untuk pameran tentang Pithecanthropus di Jepang, tahun 1996.

KUDUS, KOMPAS.com - Forum Komunikasi Pelestari Situs Patiayam (FKPSP) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berupaya mendapatkan kembali tengkorak kepala Homo erectus, manusia purba yang pernah ditemukan di tempat itu.

"Fosil tengkorak Homo erectus tersebut ditemukan oleh Dr. Yahdi Yaim, peneliti geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1979," kata Ketua FKPSP, Suprapto, di Kudus, Minggu (8/11).

Ia mengatakan, hasil temuan fosil tengkorak manusia purba tersebut berupa sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia.

"Keberadaan fosil manusia purba tersebut memang belum bisa dipastikan, mengingat di Museum Geologi tidak ada. Tetapi kami akan berupaya melacak dengan mencari informasi melalui penemunya," katanya.

FKPSP bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Kudus mencoba mendapatkan informasi keberadaan tengkorak kepala itu di Museum Geologi Bandung itu.

"Ternyata, saat ini sudah tidak ada di museum, meskipun sebuah gigi pra-geraham bawah dan tujuh pecahan tengkorak manusia purba tersebut telah direkonstruksi dan menjadi tengkorak kepala manusia purba," katanya.

Ia mengatakan, akan berupaya melacak dan mengumpulkan sejumlah informasi keberadaan tengkorak Homo Erectus tersebut agar bisa disimpan di Kudus karena temuan tersebut dapat mengangkat nama Situs Patiayam.

Selain itu, katanya, kehadiran fosil Homo Erectus tersebut juga menambah koleksi temuan fosil hewan dan manusia purba lainnya. Sebelumnya, katanya, telah ditemukan 1.238 fosil purba yang terdiri atas 12 jenis.

"Untuk mendapatkan fosil dalam bentuk aslinya memang sulit, tetapi kami akan berupaya meskipun nantinya mendapatkan dalam bentuk replika," ujarnya.

Meskipun sedang berupaya untuk membawa fosil purba itu kembali ke Kudus, namun ia mengakui bahwa Pemkab belum memiliki tempat khusus untuk menyimpan temuan berbagai benda purbakala tersebut.

Kepala Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkab Kudus, Sancaka Dwi Supani, mengatakan, hingga sekarang memang Pemkab belum memiliki tempat penyimpanan berbagai benda purbakala secara representatif.

"Seharusnya upaya mendapatkan tempat penyimpanan benda-benda purbakala lebih diprioritaskan dibandingkan harus mengupayakan keberadaan benda purbakala yang belum diketahui," katanya.

Tanpa tempat yang representatif terlebih dahulu, katanya, keberadaan benda-benda purbakala itu dikhawatirkan mudah rusak karena tidak tahan terhadap suhu udara yang tidak teratur.

"Perawatan benda-benda purbakala tidak mudah. Selain dibutuhkan tempat khusus juga dibutuhkan temperatur udara yang teratur," katanya.

Temuan lainnya di Situs Patiayam yakni sejumlah tulang belulang binatang purba seperti Stegodon trigono chepalus dan Elephas sp (sejenis gajah purba), Cervus zwaani dan Cervus lydekkeri martin (sejenis rusa), Rhinoceros sondaicus (badak), Sus brachygnatus dubris (babi), Felis sp (macan), Bos bubalus palaeoharabau (kerbau), Bos paleosondicus (banteng), dan Crocodilus sp (buaya).

Sumber :http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/08/21220196/kudus.lacak.tengkorak.homo.erectus.

Retakan Besar di Afrika Bakal Menjadi Samudra Baru

Gelombang tinggi di laut

ADDIS ABABA, KOMPAS.com — Celah sepanjang 55 kilometer di gurun Ethiopia diperkirakan akan berkembang menjadi samudra baru. Celah selebar 6 meter di beberapa titik tersebut mulai terbuka tahun 2005, dan sejumlah ahli geologi yakin itu akan menjadi cikal bakal samudra baru.

Dalam sebuah penelitian yang melibatkan tim peneliti internasional dan dilaporkan dalam jurnal Geophysical Research Letters, terungkap bahwa proses terbentuknya celah itu serupa dengan yang terjadi di dasar samudra. Aktivitas yang sama saat ini juga terjadi di Laut Merah.

Menggunakan kumpulan data seismik dari 2005, para peneliti mencoba merekonstruksi peristiwa itu untuk menunjukkan bahwa celah itu terbuka sepanjang 55 kilometer hanya dalam waktu beberapa hari. Mulanya, Dabbahu, yang merupakan gunung berapi di ujung utara celah, meletus, lalu aliran magma mendorong melalui tengah-tengah celah dan mulai membuka retakan di kedua arah.

"Kita tahu bahwa pegunungan dasar laut muncul akibat desakan magma seperti ini, tapi kita tak pernah tahu bahwa desakan magma bisa membuatnya terpecah seperti ini," kata Cindy Ebinger, Profesor Ilmu Bumi dan Lingkungan Hidup di Universitas Rochester.

Hal itu menunjukkan bahwa gunung berapi aktif di sepanjang tepi lempeng tektonik samudra bisa tiba-tiba pecah dalam bagian yang luas, dan bukan dalam bagian kecil-kecil seperti yang diyakini selama ini. Peristiwa retakan yang datang tiba-tiba di daratan akan lebih berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya,” ucap Ebinger.

Lempengan Afrika dan Arab yang bertemu di padang terpencil Afar Ethiopia Utara kini mulai merekah akibat proses itu dengan laju kurang dari 1 inci per tahun selama 30 juta tahun terakhir. Celah ini membentuk depresi Afar sepanjang 300 km hingga Laut Merah. Melalui jalur itu, Laut Merah diperkirakan akan mengalir ke rekahan Ethiopia dan membentuk laut baru sekitar sejuta tahun mendatang. Laut baru itu akan menghubungkan Laut Merah dan Teluk Aden, serta Laut Arab antara Yaman di Jazirah Arab dan Somalia di Afrika Timur.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/04/16455591/retakan.besar.di.afrika.bakal.menjadi.samudra.baru

Singa Pemakan Manusia Menyantap 35 Orang Tahun 1898

WASHINGTON, KOMPAS.com — Sergapan-sergapan di malam hari oleh dua singa pemakan manusia telah menghantui para pekerja rel kereta api lebih seratus tahun lalu. Kisah nyata yang kemudian diangkat ke layar lebar dalam film berjudul The Ghost and The Darkness itu menjadi cerita pembantaian yang sangat mengerikan di Afrika. Namun, menurut penelitian baru-baru ini, jumlah mereka yang mati karena dimangsa kedua singa itu tidak sebanyak dugaan semula.

Selama lebih dari sembilan bulan, kedua singa ganas yang dikenal sebagai "The Ghost dan The Darkness" itu mencabut 35 nyawa pekerja. Ini bukan jumlah yang kecil, tetapi jauh lebih sedikit dari perhitungan semula yang menyebut 135 korban.

Peristiwa terjadi tahun 1898 saat Pemerintah Inggris mengerahkan para buruh dari India dan penduduk setempat untuk membangun jalur kereta dari Uganda melewati Kenya. Saat melintasi daerah bernama Tsavo, para pekerja dihantui oleh singa-singa tanpa rambut yang doyan manusia. Tidak seperti layaknya singa jantan yang berambut panjang, singa jantan Tsavo tidak berambut sehingga mirip singa betina. Satu demi satu, pekerja dibunuh dan dijadikan santapan.

Jumlah yang mati dikisahkan mencapai 28 buruh ditambah banyak orang setempat yang terlibat dalam proyek sehingga keseluruhan mencapai 135 jiwa. Namun, para peneliti yang ingin tahu jumlah sebenarnya kemudian mempelajari jasad kedua singa yang kini dipajang di Museum Sejarah Alam di Chicago. Mereka menguji jenis-jenis karbon dan nitrogen dalam gigi dan rambut keduanya.

Rasio bahan kimia itu kemudian dibandingkan dengan karbon dan nitrogen pada singa modern di wilayah yang sama, juga terhadap singa yang memangsa hewan dan singa yang memangsa manusia.

Tulang dan gigi bisa menyimpan isotop karbon dan nitrogen dalam waktu lama, sedangkan rasio di bulu akan berubah lebih cepat sehingga memungkinkan para peneliti menentukan jenis makanan singa dalam waktu lama dan perubahan selama bulan-bulan terakhir.

Ternyata, salah satu singa diketahui menjadikan daging manusia sebagai separuh dari makanan pokoknya selama bulan-bulan terakhir ia hidup, dan diduga ia makan setidaknya 24 orang. Adapun singa yang lain telah menyantap 11 orang.

Peneliti yang dipimpin antropolog Nathaniel J Dominy dan Justin D Yeakel dari Universitas California, Santa Cruz, itu mencatat bahwa jumlah kematian yang dilaporkan saat itu berkisar 28 orang seperti dilaporkan Perusahaan Kereta Uganda, dan hingga 135 orang seperti diutarakan Letkol John H Patterson, perwira Inggris yang membunuh kedua singa itu pada Desember 1898.

Dalam laporan yang dimuat Proceedings of the National Academy of Sciences hari Selasa (3/11) itu disebutkan bahwa jumlah 35 yang disebutkan adalah jumlah orang yang dimakan, tidak termasuk yang sekadar dibunuh. Menurut cerita, kedua singa itu juga suka membunuh bukan untuk dimakan. Bila yang dibunuh ikut dihitung, jumlahnya bisa mencapai 75 orang.

Kedua singa itu membunuh manusia ketika terjadi kekeringan yang menyebabkan mangsa mereka hilang. Pada waktu yang sama, para pekerja rel berdatangan ke lokasi mereka sehingga seolah menggantikan mangsa mereka. Hal yang sedikit aneh menurut para peneliti adalah bahwa kedua singa itu sepertinya bekerja sama membunuh orang yang mereka incar. Ini adalah hal biasa ketika mereka memburu mangsa yang besar, seperti kerbau atau zebra, tapi tidak perlu bila mereka memburu manusia atau hewan yang lebih kecil.

Meski begitu, salah satu singa diketahui memiliki masalah gigi dan luka di rahang sehingga mengurangi kemampuannya untuk berburu. Dengan demikian, keduanya mungkin bekerja sama, yang satu makan lebih banyak orang, sementara yang lain lebih memilih mangsa lain, tetapi juga doyan manusia.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/04/17475246/singa.pemakan.manusia.menyantap.35.orang.tahun.1898

Inilah Jejak Kaki Dinosaurus Berusia 70 Juta Tahun

WELINGTON, KOMPAS.com - Beberapa ilmuwan yakin bahwa mereka telah menemukan jejak kaki dinosaurus yang berusia 70 juta tahun dan pertama kali ditemukan di Selandia Baru.

Jejak tersebut tersebar di enam tempat di sebelah barat-laut Nelson di South Island, dengan sebanyak 20 jejak pada satu tempat, demikian laporan Radio New Zealand, Sabtu.

Ahli sains sedimentologi GNS Greg Browne telah mempelajari jejak kaki itu selama bertahun-tahun dan percaya semua jejak tersebut dibuat sauropod, dinosaurus pemangsa tanaman dengan leher panjang dan ekor, panjang tubuh 6 meter dan berat beberapa ton.

Ia mengatakan jejak kaki tersebut ditemukan di pasir pantai. Jejak kaki itu diduga segera tertutup lumpur.

"Hanya kebetulan saja bahwa semua jejak tersebut ditemukan di sana, hampir selalu jejak itu rusak. Di lingkungan yang ada angin, gelombang dan ombaknya sebenarnya sangat tak mungkin ada jejak kaki yang terpelihara di pantai," kata Browne sebagaimana dikutip Radio New Zealand.

Jejak kaki itu juga memberi tanda pertama, bahwa dinosaurus pernah berkeliaran di daerah South Island.

Ahli paleontologi Selandia Baru Joan Wiffen menemukan bukti pertama bahwa dinosaurus pernah hidup di Selandia Baru setelah menemukan tulang fosil di Hawke Bay di North Island.

Namun, tak ada tulang yang pernah ditemukan di South Island. Pada 1975, wanita ilmuwan tersebut menemukan satu tulang fosil yang terbukti adalah bagian dari hewan bertulang belakang itu.

Hewan yang pertama dikenal sebagai dinosaurus Bumi dari Selandia Baru, atau theropod, hewan pemakan daging yang memiliki panjang 7 meter dan tinggi 2 meter dan berjalan dengan dua kaki.

Browne telah membuat cetakan silikon beberapa jejak kaki itu dan laporannya yang menggambarkan temuan tersebut direncanakan disiarkan di New Zealand Journal of Geology and Geophysics pekan ini.

Sumber: http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/08/06511822/inilah.jejak.kaki.dinosaurus.berusia.70.juta.tahun

2012, Matahari, dan Bosscha

Matahari menyerang bumi dengan badai geomagnetik

Ninok Leksono

KOMPAS.com - Kalau menyimak wacana tentang Kiamat 2012 yang disebut berdasarkan sistem kalender Maya, argumen pentingnya ada di sekitar Matahari. Antara lain disebutkan, pada tahun 2012 aktivitas Matahari, yang sudah dimulai sejak tahun 2003, akan mencapai puncaknya. Selain itu, Matahari dan Bumi akan berada segaris dengan lorong gelap di pusat Galaksi Bima Sakti.

Tentu, Matahari amat sentral bagi Tata Surya, khususnya Bumi dan kehidupan yang ada di biosfernya. Jika ada peningkatan aktivitas di sana, Bumi pasti akan kena pengaruh. Namun, Matahari sudah rutin menjalani siklus aktivitasnya—yang berperiode 11 tahun itu—selama lebih dari empat miliar tahun dan sejauh ini baik-baik saja.

Kini, seiring dengan merebaknya buku tentang Kiamat 2012, juga film-film Hollywood tentang tema yang sama, juga muncul bantahan, tidak saja dari pimpinan suku Maya, tetapi juga dari kalangan astronomi. Mudah dimengerti kalau kalangan astronomi lalu bersuara. Ini karena penyebar kabar Kiamat 2012 banyak menyebut benda langit, seolah hal itu dapat menguatkan skenario yang mereka usung.

Padahal, dasar skenario itu sendiri, yakni kalender Maya, tidak berbeda jauh dengan kalender modern. Kalau kalender Maya punya berbagai macam siklus dengan panjang berlain-lainan, kita juga punya hal serupa. Jadi, kalau kalender Maya akan berakhir tanggal 21 Desember 2012, itu untuk kita bisa terjadi misalnya pada tanggal 31 Desember 1999. Esok hari setelah tanggal itu, yakni 1 Januari 2000, akan dimulai siklus baru, apakah itu yang berdasarkan hari, tahun, puluhan tahun, abad, atau milenium.

Seperti sudah kita saksikan, berakhirnya siklus macam-macam pada tanggal 31 Desember 1999 tidak disertai dengan kiamat bukan?

Bagaimana dengan perjajaran antara Bumi, Matahari, dan pusat Galaksi Bima Sakti? Penyebar kiamat menyebutkan, saat perjajaran akan menimbulkan gaya pasang yang akan memicu gempa bumi yang menghancurkan untuk menamatkan riwayat dunia. Gaya pasang yang sama juga akan memicu badai matahari yang akan menghancurkan Bumi. Bahkan, untuk menambah efek, planet-planet juga disebut akan berjajar pada tanggal 21 Desember 2012.

Ternyata, setelah diperiksa dengan saksama, Matahari tidak akan menutupi (menggerhanai) pusat galaksi. Bahkan, kalaupun Matahari bisa menutupi pusat galaksi, efek pasang dapat diabaikan, tulis Paul A Heckert yang dikutip pada awal tulisan ini.

Dengan penjelasan itu, skenario Kiamat 2012 tidak perlu dianggap serius.

Berdasarkan teori evolusi (lahir dan matinya) bintang, di mana Matahari adalah salah satunya, Matahari memang sekitar lima miliar tahun lagi akan mengembang menjadi bintang raksasa merah yang akan memanggang Bumi. Namun, bukankah lima miliar tahun masih jangka waktu yang amat, amat lama untuk ukuran manusia?

Namun, demi tujuan-tujuan lebih praktis, misalnya untuk mengetahui hubungan aktivitas Matahari dan gangguan komunikasi, atau untuk mengetahui lebih dalam tentang sifat-sifat Matahari, studi tentang Matahari tetaplah hal penting. Dan inilah rupanya yang diperlihatkan oleh Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat.

Penelitian Bosscha

Selama ini, Observatorium Bosscha lebih dikenal dengan penelitiannya di bidang struktur galaksi dan bintang ganda. Penelitian Matahari secara intensif dan ekstensif dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Namun, Sabtu 31 Oktober lalu, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) yang diwakili oleh Dekan FMIPA Akhmaloka meresmikan teleskop matahari tayang langsung (real time). Sistem pengamatan Matahari yang terdiri dari tiga teleskop yang bekerja pada tiga panjang gelombang berlain-lainan ini dibuat dengan bantuan dari Belanda dan rancang bangunnya banyak dikerjakan oleh peneliti dan insinyur ITB sendiri.

Sistem teleskop yang dilihat dari sosoknya jauh lebih kecil dari umumnya teleskop yang ada di Bosscha ini terdiri dari teleskop yang bekerja pada gelombang visual, di mana untuk mendapatkan citra Matahari, sinarnya dilemahkan dulu sebesar 100.000 kali. Untuk pemantauan, citra Matahari diproyeksikan pada satu permukaan yang dapat dilihat dengan aman. Ini diperlukan karena selain untuk penelitian, fasilitas ini juga digunakan untuk pendidikan masyarakat.

Dua teleskop lainnya masing-masing satu untuk penelitian kromosfer rendah dan satu lagi untuk penelitian kromosfer tinggi.

Menambah semarak peresmian, hadir pula ahli fisika matahari dari Belanda, Rob Rutten, yang pagi itu menguraikan tentang kemajuan penelitian fisika matahari dan tantangan yang dihadapi.

Membandingkan materi paparannya, yang dilengkapi dengan citra hidup Matahari berdasarkan pemotretan menggunakan teleskop matahari canggih, tentu saja apa yang diperoleh oleh teleskop di Bosscha bukan bandingannya.

Kontribusi Indonesia

Direktur Observatorium Bosscha Taufiq Hidayat dalam sambutan pengantarnya menyebutkan, lembaga yang dipimpinnya beruntung masih dapat terus menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga di luar negeri untuk mendukung aktivitas ilmiahnya. Sementara peneliti Matahari di Bosscha, Dhani Herdiwijaya, selain menguraikan berbagai aspek riset tentang fisika matahari juga menyampaikan harapannya untuk mendapatkan hasil penelitian detail tentang Matahari.

Peresmian teleskop surya di Bosscha tampak sebagai momentum bagi bangkitnya minat terhadap riset Matahari.

Seiring dengan peringatan Tahun Astronomi Internasional 2009, berlangsung pula peringatan 400 tahun pengamatan bintik matahari. Dalam konteks ini, masih banyak tugas manusia untuk mendalami lebih jauh serba hal tentang Matahari, bintang yang menjadi sumber kehidupan di Bumi. Alam seperti yang ada sekarang ini, menurut skenario Ilahi, masih akan terbentang lima miliar tahun lagi, bukan sampai tahun 2012.

Sumber:

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/11/11/05015341/2012.matahari.dan.bosscha

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label

Info software game Health Sejarah anti virus trik gambar lucu gambar keren Info unik berita dan cerita unik software Converter dunia hewan info islam software portable software Editor film Teknologi Tokoh berita islam Tentang Indonesia Info Bunda Arsitek Gedung Hunian kata kuliner Berita Sport pendidikan DUNIA MILITER otomotif software Creator software Multimedia Sepak Bola software downloader software office Sains IPTEK Internet Motifasi ebook alam software Internet berita cerita unik dan lucu keajaiban alam alamat link Info Manca Negara Tampilan renungan gambar Keajaiban Al-Quran software islam Adobe Photoshop Lagu Tubuh Kita dunia extreme dunia flora mitos Foto video Fonts Icons and Buttons software Mobile software protector Tutorial Microsoft Office kamus software android software protect Berita Olah Raga Figur Maps Downloader promo Antariksa Dunia Misteri Tutorial buah software anti maling Driver Games Downloader OS Software BlackBerry adobe reader animasi komputer software Anti Porn software Get Data Back software simulasi software untuk usaha tips 3D Maker Aktivity BILLING Dokumentasi Eksperimen Face Logon Kumpulan Surat MP3 Cutter and Editor Recover Windows Screen Capture Software Akuntansi Software Billing Software Connection Software Pembaca Tulisan Software TeamTalk chat Software Webcam Software spy Software tampilan TuneUp Utilities ala ant arti biografi cheat corel cre desktop flash disk gam gambar jadul google google earth herbal hew i ilustrasi in info hp kasih sayang kreasi label pantun pelacak puisi repair resep s seni sof software Creator avi software Creator program software Cutter software Detektor software Emulator software LJK software Office Tab software Penghemat daya software Quis software RECOVERY software UNINSTALLER software anak software animasi software cek data software copy software driver software karaoke software pendeteksi software perintah software remote PC software usil sos syair toolkit tri trik blog tv streaming un undangan windows 7
Powered By Blogger