dakwatuna.com – Yasser Az-Za`eem, anak laki-laki 14 tahun dari kamp Shatti, pengungsian kaum miskin di bagian barat Kota Gaza, menghabiskan kebanyakan waktunya di depan komputer murah, yang dihubungkan dengan server internet murahan, sambil bercakap dengan temannya dari negara lain.
Berselancar di internet menjadi satu-satunya hiburan, bukan hanya buat Az-Za`eem tapi juga buat sebagian besar temannya. Berselancar di internet merupakan jalan untuk bertemu dengan teman baru, menjelajahi jejaring atau bermain game.
Mereka percaya, itu adalah satu-satunya cara menerobos blokade tiga tahun Israel yang diberlakukan atas Jalur Gaza.
Az-Za`eem, yang tak pernah keluar Jalur Gaza sejak dilahirkan di kamp pengungsi itu, mengatakan, ia memiliki jaringan hubungan luas dan persahabatan di internet dengan kerabat dan teman di Tepi Barat Sungai Jordan dan di negara lain di seluruh dunia.
“Buat saya, jejaring adalah jendela langka untuk membangkang terhadap pengepungan yang sedang berlangsung,” kata Az-Za`eem kepada wartawan kantor berita China, Xinhua –Saud Abu Ramadan dan Emad Drimly.
Anak laki-laki cerdas tersebut mengatakan, ia telah mulai belajar cara menggunakan komputer lima tahun lalu ketika ia mengetahui bahwa sebagian kerabat dan tetangganya memiliki komputer. Ia memohon kepada ayahnya, yang memiliki pekerjaan dengan gaji rendah, agar membelikan dia dan saudara laki-laki komputer Compaq.
Komputer dan laptop, kebanyakan buatan China, berharga antara 500 dan 2.000 dolar AS. Komputer diselundupkan ke Jalur Gaza melalui terowongan bawah tanah di perbatasan antara daerah kantung Palestina yang dirundung blokade itu dan Mesir.
“Ketika saya menggunakan komputer untuk pertama kali, saya benar-benar tidak tahu cara menggunakannya,” kata Az-Za`eem. “Setelah lima tahun, saya dapat mengatakan saya sedikit ahli dalam penggunaan komputer dan mengetahui cara berselancar di jejaring internet, yang mengubah dunia jadi satu desa kecil. Komputer buat saya sangat perlu dan berarti.”
Meskipun menderita kemiskinan dan pengangguran, kebanyakan dari 1,5 juta warga di wilayah sempit yang miskin tersebut memiliki komputer atau laptop di rumah mereka, dan penjual serta pedagang alat elektronik mengatakan permintaan naik setelah harga turun.
MSN messenger, skype, dan yahoo menjadi sangat kondang sehingga percakapan dengan teman dan kerabat dari seluruh dunia sambil saling melihat di kamera komputer kini menjadi kegiatan lumrah di Jalur Gaza.
“Saya berselancar di jejaring dan membaca di laman buat anak serta mengunduh permainan. Saya juga mencari data yang membantu saya mengerjakan penelitian dan karya tulis buat sekolah saya, terutama dalam bidang geografi dan matematik,” kata Az-Za`eem.
“Tetapi ketika saya berbincang dengan teman-teman, saya iri dengan mereka saat saya membandingkan kondisi hidup saya dengan mereka,” katanya.
Sepupu tak pernah bertemu
Az-Za`eem secara rutin berbicara melalui jejaring internet dengan sepupunya Mohamed, yang tinggal di kota Ramallah, Tepi Barat. Kedua anak itu tak pernah bertemu selama lebih dari dua tahun sejak Israel memberlakukan blokade ketat atas Jalur Gaza setelah HAMAS merebut kekuasaan atas daerah kantung tersebut pada Juni 2007.
“Ketika saya berbincang dengan sepupu saya, Mohamed, kami menyalakan mikrofon dan kamera jejaring kami seakan-akan kami duduk bersama. Ia memberitahu saya bagaimana kondisi Ramallah dan apa yang ia lakukan di sekolah dan saya mengeluh kepada dia mengenai kesulitan hidup di Jalur Gaza,” kata Az`Za`eem.
Az-Za`eem, anak keempat di antara saudara laki-laki dan perempuan, adalah siswa nomor satu di sekolah, tempat ia menggunakan komputer dan keterangan yang ia dapatkan di jejaring guna memperkaya pengetahuannya.
Bukan hanya berselancar di jejaring untuk anak-anak, atau mencari permainan dan keterangan, ia juga mengikuti berita olahraga. Ia adalah penggemar tim sepak bola Spanyol, Barcelona, dan ia terus mengikuti perkembangan terbaru klub itu dan mengetahui nama pemain bintang tim tersebut.
Az-Za`eem juga sangat menyukai piranti lunak rancangan photoshop, yang ia gunakan untuk mengedit fotonya. Ia mengatakan ia sekarang ahli dalam program itu, sementara permainan kesukaannya meliputi GTA, atau Vice City Beach, yang meliputi mengemudikan mobil dan pertempuran.
“Saya pernah membuat tipuan, ketika saya memasang foto ayah saya sedang berdiri bersama seorang perempuan dan saya memperlihatkannya kepada ibu saya dan memberitahu dia bahwa perempuan ini adalah pacar ayah saya. Ibu sangat marah, tapi ketika saya memberitahu dia yang sebenarnya, setiap orang di dalam keluarga saya terbahak-bahak,” kata Az-Za`eem.
Ibunya mengatakan ia tidak membiarkan anaknya sendirian di depan komputer. “Kami memantau dia dengan mengamati siapa orang yang diajaknya berbincang, dan kami memastikan bahwa ia tidak menonton gambar porno atau berselancar ke jejaring kelompok Islam fanatik yang akan mengubah cara berfikir anak-anak,” katanya.
“Internet sangat bermanfaat, tapi pada saat yang sama sangat berbahaya jika orang-tua tidak mengawasi anak mereka. Kami berusaha memastikan Yasser mendapatkan manfaat dan meningkatkan bakatnya, dan pada saat yang sama kami memantau apa yang biasa ia tonton,” kata sang ibu saat ia membawakan segelas jus buat putranya.
Az-Za`eem mengatakan, ia berharap dapat membeli komputer yang lebih bagus, lebih cepat dari yang ada sekarang dan memiliki PC pribadi sendiri tanpa berbagi dengan saudara laki-laki dan perempuannya. Namun, ia mengeluhkan pemadaman listrik yang terjadi setiap hari di Jalur Gaza.
Pasokan listrik di daerah kantung tersebut biasanya padam selama sedikitnya lima jam setiap hari karena pembangkit listrik di Jalur Gaza menghadapi kesulitan memperoleh bahan bakar diesel gara-gara blokade Israel.
“Ketika listrik padam, saya pergi menemui teman saya dan kadang-kala kami pergi ke warung internet, yang memiliki generator listrik, untuk melanjutkan pencarian dan selancar kami,” kata Az-Za`eem.
Menurut data statistik tak resmi, ada sebanyak 330 warung internet di Jalur Gaza, tempat kebanyakan pelanggan mereka adalah anak-anak, remaja dan orang tua, yang pergi ke sana untuk berselancar atau bercakap dengan teman. Mereka yang biasanya mengunjungi warung internet tak mampu membeli komputer.
Az-Za`eem juga mengeluh bahwa kecepatan internet sangat lamban di Jalur Gaza akibat sangat banyak pengguna internet. Ditambahkannya, ayahnya membayar biaya bulanan sebesar 15 dolar AS ke perusahaan telekomunikasi Palestina untuk menggunakan internet. Kecepatan internet di rumah Az-Za`eem hanya 128 kilobyte per detik.
Pejabat telekomunikasi Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) Mashour Abu Dagga mengatakan penggunaan internet telah berkembang baru-baru ini kendati blokade diberlakukan atas Jalur Gaza, dan telah menjadi salah satu faktor penting dalam ekonomi Palestina.
Meskipun Az-Za`eem mencintai komputer dan internet, ia memimpikan pada suatu hari dapat menjadi seorang insinyur yang mengkhususkan diri dalam bidang pemrograman komputer dan internet.
“Saya dapat memperoleh banyak uang, tapi saya tahu ini takkan mudah dan saya harus bekerja keras untuk mewujudkan ambisi ini,” katanya. (ant)
sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/anak-anak-gaza-berselancar-internet-tembus-blokade-israel/