razia polisi (illustrasi dari padang-today.com)
Pulang dari acara Tribute To Dream Theater yang “terpaksa” selesai jam 23.00 malam tadi karena adanya keluhan tetangga, ane riding pulang melalui jalur Kemayoran. Yah sekalian latihan cornering di beberapa sudut belokan di sana..hehehe..
Tepat setelah Gedung Pusat Kebudayaan Jepang di Kemayoran, baru saja mau cornering ke kiri, ane menemui razia polisi. Disinyalir razia gabungan nih. Soalnya polisinya banyak banget, belum lagi beberapa orang berpakaian ala militer. Ane pun diberhentikan..padahal biasanya gak diberhentikan.
Nah, setelah motor berhenti ane langsung keluarkan dompet untuk mengambil SIM dan STNK. Terjadilah percakapan berikut:
Ane : SIM sama STNK ya pak..?
Pol : Selama malam pak.. (sambil nyomot SIM sama STNK dari tangan ane lalu mencocokkan nomor STNK dengan plat di depan)
Pol-1 : Lho..plat nomernya mana nih..?
Ane : Nih pak di bawah.. (kata ane sambil menunjuk ke arah radiator di dalam fairing)
Pol-1 : Mana nih. kok gak ada..? Udah deh saya tilang aja.. (sambil menyerahkan SIM dan STNK ke kawannya)
Ane : Maksud bapak apa nih main tilang aja..?! Dasarnya apa pak..?! (ane mulai ketus)
Pol-1 : Ya..logika aja, itu plat nomer gak keliatan, saya kan jadi susah mau liat. Sekarang kamu kesini, keliatan gak itu plat nomer..?
Ane : Dasarnya logika pak..?! Saya mau ditilang dasarnya logika bapak..?! Bapak tahu aturan gak? Tahu UU no.22 tahun 2009 gak?
Pol-1 : Iya tahu lah..Tapi sekarang keliatan gak itu plat nomer..?
Ane : Sekarang bapak mau lihat plat nomer depan saya kan..? Ya bapak usaha dong..jongkok aja situ..
Pol-1 : Lha ya gak bisa gitu..logika aja, sekarang…
Ane : Gak usah ngomong logika deh pak. Sekarang aturan mana yang saya langgar. Bapak ngerti gak…!!
Pol-1 : Oke, saya cari aturannya.. (sambil buka-buka buku..entah buku apa)
Ane : Oke, sekarang cari aturan di situ yang saya langgar, ada apa gak..! Bapak gak bisa sembarangan main tilang. Saya ngerti peraturan pak. Coba bapak cari pasal 68 di UU no.22 tahun 2009. Bacain segera ke saya..! (ane mulai emosi, jadi cuma ingat pasal itu saja yang berhubungan dengan plat nopol)
Pol-1 : (buka-buka buku..ada kali 2 menitan gak ketemu-ketemu)
Ane : Lama banget pak..?! Siapa pangkat tertinggi di sini..? Saya mau bicara.
Pol-1 : Udah lah ini saya balikin aja (sambil menyerahkan SIM dan STNK, lalu memanggil kawannya yang berpangkat WW)
Pol-2 : (sibuk bolak-balik buku yang sama)
Ane : Lho..gak bisa gitu dong pak. Bapak mau tilang saya..dasar aturannya apa? Yang jelas dong..! Bapak mau saya masukin Twitternya TMC Polda Metro..?
Pol-1 : (mau marah tapi ditarik sama kawannya)
Pol-2: Udah kamu jalan sana..
Nah. Dari percakapan di atas ane bisa menyimpulkan bahwa oknum polisi yang melakukan razia memang sengaja mencari kesalahan pengguna jalan yang melintas. Tapi yang mengecewakan adalah ketika ditanyakan aturan mana yang saya langgar (pasal dan UU nya), si oknum polisi gak bisa menyebutkan. Parah…!!
Lalu bagaimana dengan kasus positioning plat nopol pada Ninja 250 ane yang diletakkan di bawah radiator dengan alasan estetika..? Artikelnya sudah pernah ane posting di sini. Silakan didiskusikan.
posisi alternatif plat nopol Ninja 250
Dari kejadian razia ini dan beberapa pengalaman sebelumnya bersama oknum-oknum polisi, ane dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya pada sebuah razia mereka akan menyerah kepada 2 jenis pengguna jalan.
1. Pengguna jalan yang menyodorkan uang damai.
2. Pengguna jalan yang berani mendebat polisi.
Nah, tinggal kita berkaca kepada diri sendiri, sejauh mana kita memahami Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku.
Damai = Rp 20.000,-
Seharusnya polisi mengerjakan tugasnya sebagai aparat penegak kebenaran, bukan aparat pencari kesalahan.
Semoga kinerja polisi Indonesia semakin baik…!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar